Subscribe Us

Breaking News

Kurangnya Empati dan Komunikasi, Kesalahan Parenting yang Kian Marak di Era Digital

  


FORMOSA NEWS - Medan - Di tengah kemajuan teknologi dan gaya hidup yang serba cepat, kesalahan pola asuh orang tua mulai bergeser dari sekadar kesalahan fisik menjadi kesalahan emosional, seperti kurangnya empati dan komunikasi yang hangat dengan anak. Fenomena ini banyak terjadi di kalangan orang tua muda yang sibuk dengan pekerjaan dan gawai.

Psikolog keluarga dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Eko Prasetyo, menyebutkan bahwa “parenting tanpa empati” kini menjadi masalah serius. “Banyak orang tua secara tidak sadar lebih fokus pada aturan dan hasil akademik anak, tanpa memahami kebutuhan emosional mereka. Anak-anak tumbuh tanpa rasa aman secara emosional,” jelasnya dalam diskusi publik bertema Parenting in Digital Era, Senin (1/7).

Salah satu bentuk kesalahan yang cukup umum adalah emotional neglect — saat anak tidak diberi cukup perhatian secara emosional. Hal ini bisa terjadi ketika orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan, terlalu sering menggunakan ponsel di rumah, atau gagal merespons emosi anak dengan baik.

Laporan dari Lembaga Psikologi Anak Nusantara (LPAN) tahun 2024 mengungkap bahwa 4 dari 10 anak sekolah dasar di kota besar mengaku merasa “tidak didengar” oleh orang tuanya. Padahal, mendengarkan dan memvalidasi perasaan anak adalah dasar penting dalam pengasuhan yang sehat.

“Ketika anak menangis atau marah, orang tua cenderung menyuruh diam tanpa bertanya apa yang dirasakan. Ini membuat anak merasa tidak penting dan berisiko tumbuh dengan masalah harga diri,” tambah Dr. Eko.

Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan membandingkan anak dengan orang lain, baik secara langsung maupun melalui media sosial. Anak menjadi tertekan dan merasa tidak cukup baik di mata orang tuanya sendiri.

Sebagai solusi, banyak komunitas parenting di Yogyakarta mulai mengadakan kelas pelatihan komunikasi empatik, seperti active listening, mindful parenting, dan emotional coaching. Upaya ini diharapkan mampu membekali orang tua dengan keterampilan membangun hubungan yang sehat dan mendukung pertumbuhan emosional anak.

“Parenting bukan soal menjadi sempurna, tapi soal hadir sepenuhnya dalam kehidupan anak. Itu butuh kesadaran dan latihan,” ujar Rina Mustika, koordinator Komunitas Orang Tua Peduli Anak Yogyakarta.

Tidak ada komentar