Luas Panen Lebih Berpengaruh dari Jumlah Petani, Studi Ungkap Faktor Penentu Produksi Padi di 10 Kota Jawa Barat
![]() |
Illustrasi gambar, sumber: Meta AI |
Studi ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Data mencakup jumlah petani, luas panen (hektar), dan total produksi padi (ton) di kota-kota seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, dan Majalengka.
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif kuat dan signifikan antara luas panen dan jumlah produksi padi dengan koefisien korelasi 0,992 dan nilai signifikansi < 0,005, sedangkan hubungan antara jumlah petani dan produksi padi tergolong lemah dan tidak signifikan dengan koefisien korelasi 0,389 dan signifikansi > 0,05. Ini mengindikasikan bahwa luas lahan jauh lebih berpengaruh terhadap produktivitas dibandingkan jumlah tenaga kerja.
Uji normalitas, heteroskedastisitas, dan reliabilitas juga menunjukkan bahwa data yang digunakan valid dan dapat diandalkan. Dengan Cronbach’s Alpha sebesar 0,817, data dianggap sangat reliabel. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk menghasilkan nilai signifikansi di atas 0,05, menunjukkan data terdistribusi normal. Uji ANOVA menghasilkan nilai signifikansi 0,000, memperkuat kesimpulan bahwa model regresi yang digunakan bersifat linear dan signifikan secara statistik.
Studi ini menyimpulkan bahwa pengelolaan lahan secara optimal menjadi kunci utama peningkatan produksi padi, sedangkan faktor tenaga kerja atau jumlah petani tetap penting namun tidak dominan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan pertanian yang lebih efektif dan berkelanjutan demi mendukung ketahanan pangan nasional, terutama melalui optimalisasi pemanfaatan lahan pertanian yang tersedia.
Tidak ada komentar