Selamat Jalan Sang Penjahit Syair Puisi yang Abadi Dalam Ingatan

lusius-sinurat
By -
0

Sastrawan kondang asal Yogyakarta, Philipus Joko Pinurbo tutup usia. Lelaki yang kondang dengan nama Joko Pinurbo atau Jokpin ini meninggal di usia 61 tahun. Foto/Instagram @sastragpu


FORMOSA NEWS, Yogyakarta - Bagi para pengamat dan pecinta puisi di tanah air, tentunya tidak asing dengan karya-karya Joko Pinurbo. 

Kemahirannya dalam menjahit syair puisi menjadikannya sosok seniman sastra itu dikenal di dunia seni dan sastra.

Kini, raga Joko Pinurbo (61) yang akrab dipanggil Jokpin itu telah meninggalkan kita selamanya pada Sabtu (27/4), pukul 06:03 di Rumah Sakit Panti Rapih, Jogyakarta.

Joko Pinurbo, penyair yang lekat dengan sindiran. Karya-karya hebatnya telah menginspirasi banyak orang. 

Jokpin Terkenal dengan karya-karya puisi yang khas dan memiliki warna tersendiri dalam dunia puisi Tanah Air. 


Sepenggal jejak perjalanan Jokpin

Biodata
  • Nama Lengkap: Philipus Joko Pinurbo
  • Tempat Lahir: Sukabumi
  • Tanggal Lahir: 11 Mei 1962
  • Istri: Nurnaeni Amperawati Firmina
  • Anak: Paska Wahyu Wibisono dan Maria Azalea Anggraeni
Pendidikan
  • SD Mardi Yuana Warung Kiara, Sukabumi (1973)
  • SMP Sanjaya Babadan, Sleman (1976)
  • Seminari St Petrus Kanisius Mertoyudan, Magelang (1981)
  • IKIP Sanata Darma (Berubah nama menjadi Universitas Sanata Dharma), Yogyakarta (1987)

Kecintaan Jokpin pada puisi

Sejak kecil Joko Pinurbo sudah memiliki kegemaran dalam menulis. Pada tahun 1974, Jokpin lulus dari sekolah SD Mardi Yuana Warung Kiara, Sukabumi kemudian meneruskan pendidikannya di SMP Sanjaya Babadan, Sleman dan lulus pada tahun 1976.

Sejak SMA kecintaannya terhadap puisi semakin tinggi. Jokpin menyelesaikan pendidikan terakhirnya di IKIP Sanata Darma Yogyakarta pada tahun 1987, kemudian menjadi staf pengajar di almamaternya.

Sejak tahun 1979, Joko Pinurbo sudah tertarik dengan sajak-sajak atau puisi yang dibuat oleh para sastrawan terkenal Indonesia. 

Namun uniknya selama 20 tahun mengamati puisi, selama itu pula belum ada satu pun puisi yang dibuatnya.

Di tahun 1999, Joko Pinurbo akhirnya berhasil menulis puisi dan membukukannya dengan tema "Celana". Ini menjadi gebrakan baru yang sebelumnya tema ini belum pernah digunakan sama sekali oleh penulis lain.

Ini menjadi awal Joko Pinurbo dalam menerbitkan lebih banyak karya puisi yang melegenda di Indonesia.


Puisi khas Jokpin

Sepak terjangnya dalam menjahit syair puisi tentunya tak sedikit jalan terjal yang dilalui. Beberapa kali gagal dalam menulis puisi. Puisi yang gagal tersebut lantas dibakar olehnya. Namun semangatnya terus membara.

Dia pun terus mengeksplorasi kata dan gaya bahasa. Akhirnya dia menemukan gaya bahasa yang menurutnya nyaman, yakni perpaduan antara puisi jenaka, nyeleneh namun menyisipkan fenomena sosial.

Dalam puisinya, Joko Pinurbo memadukan unsur humor, narasi, dan ironi. Dia juga pandai dalam menggunakan dan mengolah citraan yang mengacu pada peristiwa sehari-hari.

Puisinya dikenal memiliki bahasa yang cair namun panjang. Kata-kata yang diciptakan juga sangat menarik, membuat puisi karyanya dapat diterima dan dinikmati oleh para pecinta sastra di Indonesia.

Jadi, ia tidak merasa menyesal bahwa 25 tahun saya belajar, berlatih dan banyak menghasilkan puisi meskipun gagal, karena justru proses pergulatan yang lama itulah yang mengantarkannya pada penemuan sesuatu yang tidak terduga.


Dikenal sejak antologi puisi “Celana”

Kemahiran Joko Pinurbo menjahit syair telah ditekuni selama 25 tahun, yakni sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Syair-syair itu pun juga telah dimuat di beberapa media massa.

Namun dirinya masih awam dalam merangkai kata waktu itu, sehingga tak banyak orang mengenalnya. Baru setelah munculnya antologi puisi “Celana” pada tahun 1999 nama Jokpon pun mencuat dan mulai dikenal oleh masyarakat.

Buku tersebut diterbitkan pertama kali oleh Indonesia Tera, Magelang. Dan di tahun 2018 diterbitkan ulang oleh Gramedia Pustaka Utama.

Buku puisi “Celana” inilah sebagai pembuka jalan kiprah Jokpin di dunia kepenyairan Jokpin. Antologi "Celana" ini pun mampu memancing perhatian masyarakat, karena keberhasilan Jokpin mengeksplorasi objek-objek sederhana yang ada disekitar untuk dijadikan sebagai objek puisi yang ciamik.


Tidak hanya "Celana"

Tak hanya “Celana” saja yang fenomenal, dia juga menelurkan karya-karya lain yang nyeleneh namun mengandung banyak makna didalamnya, seperti:
  • Karya-karya Joko Pinurbo
  • Celana (1999)
  • Di Bawah Kibaran Sarung (2001)
  • Pacar Kecilku (2002)
  • Trouser Doll merupakan terjemahan karyanya berjudul Celana dalam Bahasa Inggris (2002)
  • Telepon Genggam (2003)
  • Kekasihku (2004)
  • Pacar Senja - Seratus Puisi Pilihan (2005)
  • Kepada Cium (2007)
  • Celana Pacar Kecilku (2007)
  • Haduh, Aku di-Follow (2013)
  • Surat Kopi (2014)
  • Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu (2016)
  • Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (2016)
  • Di Bawah Kibaran Sarung (2021)
  • Tak Ada Asu Diantara Kita (2023)
  • dan lainnya.

Karya-karya Jokpin kini sudah banyak diterjemahkan dalam bahasa Inggris, Jerman, dan Mandarin.

Menerima berbagai penghargaan 

Jokpin mengemas karyanya dengan apik, hingga mengantarkannya meraih beberapa penghargaan berikut:
  1. Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), 
  2. Hadiah Sastra Lontar (2001), 
  3. Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), 
  4. Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014),
  5. Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015)
  6. South East Asian (SEA) Write Award (2014), 
  7. Anugerah Kebudayaan Gubernur DIY (2019), 
  8. Buku Akik Award (2020),dan lainnya. 

Selamat jalan sang penyair.
Beristirahatlah dalam keabadian.
Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)