Subscribe Us

Breaking News

Kisah Inspiratif Sirivat Voravetvuthikun: Dari Miliarder Jadi Penjual Roti Pinggir Jalan

Sirivat Voravetvuthikun sedang menjual sandwich Foto: Marimi Kishimoto


FORMOSA NEWSBangkok, Thailand – Nama Sirivat Voravetvuthikun dulunya identik dengan kekayaan dan kesuksesan. Ia pernah menjabat sebagai CEO Asia Securities dan menjadi salah satu miliarder papan atas di Thailand pada awal 1990-an. Namun, krisis finansial Asia pada tahun 1997 mengubah seluruh jalan hidupnya. Sirivat bangkrut dan terlilit utang lebih dari USD 30 juta atau sekitar Rp 490 miliar.

Alih-alih menyerah pada keadaan, Sirivat memilih bangkit dengan cara yang tak biasa. Ia mulai menjual sandwich keliling di pinggir jalan menggunakan kotak styrofoam yang ia gantungkan di leher. Usaha kecil itu ia lakukan sendiri, bahkan sempat hanya menghasilkan USD 14 per hari pada awalnya.

Meski kehidupannya berubah drastis, Sirivat tidak malu dengan pekerjaan barunya. Justru ia menganggap itu sebagai cara untuk membuktikan bahwa kerja keras dan kejujuran bisa menjadi dasar untuk memulai kembali.

“Saya mungkin kehilangan harta, tapi saya tidak kehilangan semangat dan harga diri,” ujar Sirivat dalam salah satu wawancara.

Istrinya, Vilailuk, juga menunjukkan dukungan luar biasa. Ia ikut membantu menjual sandwich dan tetap setia di samping Sirivat saat semua orang meninggalkannya. Keduanya percaya bahwa menyerah bukanlah pilihan.

Beberapa tahun setelah berjualan roti, Sirivat berhasil membangun kembali usahanya. Ia mendirikan Sirivat Sandwich, memperluas lini bisnis ke kedai kopi, katering, minuman herbal, hingga membuka cabang di rumah sakit dan gedung perkantoran. Bahkan, beberapa mantan karyawannya yang dulu bekerja di perusahaan sekuritas kembali bergabung dan membantunya membangun ulang bisnis.

Logo bisnis barunya bahkan mengandung simbol mata uang baht dan logo IMF, sebagai pengingat atas masa-masa sulit yang pernah ia lalui.

Kini, Sirivat dikenal bukan hanya sebagai pebisnis, tapi juga simbol ketekunan dan keberanian menghadapi kegagalan. Ia masih tetap turun langsung menjual sandwich, bukan karena harus, tapi karena ingin memberi inspirasi langsung kepada masyarakat.

“Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Selama kita jujur, hemat, dan terus bekerja keras, kita bisa bangkit,” katanya.

Tidak ada komentar