Ritus Adat Saurmatua

lusius-sinurat
By -
0
Ritus Adat Saurmatua

FORMOSA NEWS - Dalam budaya Batak Toba, apabila seseorang meninggal pada usia tua (atau ketika semua putra-putrinya sudah menikah) dinamai Saurmatua

Ritus adat kematiannya tentu saja unik. Representasi kerabat Dalihan Natolu sangat dibutuhkan saat itu. Masyarakat adat Dalihan Natolu mwncakup dongantubu, hulahula, dan boru. 

Pada upacara ini seekor kerbau (boleh juga babi, tergantung situasi dan kemampuan keluarga) disembelih sebagai penanda bahwa orang yang meninggal sudah Saurmatua. Tentu saja hal ini tak ada kaitannya dengan masuk surga atau masuk neraka, sepwrti biasa dipersoalkan warga Komoha.

Pelaksanaan ritus adat tergantung pada lamanya jenazah disemayamkan. Biasanya upacara adat akan simulai setelah semua putra-putri dari yang meninggal dan pihak hulahula (saudara laki-laki dari pihak istri) telah hadir.

Namun tak jarang terjadi upacara pemakaman lebih lama. Alasannya, antara lain, menunggu anaknya merantau di Merauke.

Untuk memastikan lancarnya ritus adat saurmatua sudah diatur saat martonggo raja atau rapat para penatua adat.

Ulaon di Jabu dan Ulaon di alaman

Biasanya ritual adat saurmatua dibagi menjadi dua, yakni ulaon adat di jabu (rumah) dan ulaon adat di alaman (halaman). 

1. Ritus adat di jabu 

Ritus adat di jabu dimulai sejak jenazah orangtua yang meninggal saurmatua disemayamkan di jabu bona (ruang tamu). Letak jabu bona biasanya berhadapan dengan kamar orangtua yang meninggal, atau menghadap kamar anak-anaknya.

Sejak dibaringkan, jenazah diselimuti dengan ulos saput dan jenis ulosnya adalah ulos ragi idup yang menandakan bahwa orang yang meninggal sudah saurmatua.

2. Ritus adat di alaman.

Sekali lagi, dalam kultur dan religi Batak Toba, orang yang meninggal saurmatua dipandang sebagai orang yang 'sempurna' hidupnya. Disebut sempurna, karena pemberangkatannya harus dilakukan dengan cara sempurna, yakni ulaon na gok (adat penuh).

Karena ini ulaon na gok, maka ritus adat pun dilakukan di halaman rumah (di alaman, maralaman) dan makanan yang disajikan adalah daging kerbau (sigagat duhut, penakan rumput). Kerbau tersebut disembelih dan dibagikan menurut jambar (jatah) orang-orang yang hadir dalam upacara adat Dalihan Natolu.

Kendati realitasnya ini adalah acara duka, tapi upacara pun berlangsung "suka": Gondang ditabuh mengiring warga yang ikutan manortor. Lewat tabuhan gondamg, pe Margondang mengucap syukur kepada Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta) atas kebahagiaan yang mereka rasakan saat itu.


Saurmatua dan Gengsi Ekonomis

Ada satu hal penting lainnya, yakni setelah jenazah meninggal dan disemayamkan di rumah. Pada saat ini tuan rumah yang sedang bersuka harus harus menyediakan makan dan minum tamu yang hadir. Kebiasaan ini dinamai "mangalindanghon na adong" ?menunjukkan ekaiatenai). 

Setelah tamu/pelayat selesai makan, suhut harus mangampu (menucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat). Selanjutnya tuan rumah mengumumkan kesediaan mereka menerima kehadiran hula-hula, boru dan dongan huta. Acara macam ini lantas dilanjutkan dengan doa (seturut agama/kepercayaan almarhum). 

Akhirnya jenazah akan dimakamkan. Biasanya, upacara dimulai ibadah oleh pelayan agama. Selanjutnya peti jenazah ditutup rapat, lalu dibawa ke lokasi pemakaman yang telah dipersiapkan.

Penulis: Lusius Sinurat

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)