Hari Minggu, 21 Desember 2025, siang hari, ketenangan perairan laut Tahuna mendadak berubah menjadi situasi penuh kepanikan. Di tengah laut Kepulauan Sangihe, Kapten Kapal Sabuk Tahuna menghubungi petugas kesehatan. Seorang bayi penumpang dilaporkan dalam kondisi kritis dan membutuhkan pertolongan medis segera.
Tanpa menunggu waktu lama, Tim Puskesmas Kahakitang langsung bergerak cepat. Dengan menggunakan perahu speed dan membawa perlengkapan medis darurat, tim melaju menembus laut menuju Kapal Sabuk Tahuna yang masih berada di tengah pelayaran.
Aksi penyelamatan ini berada di bawah komando dr. Benly Levi, bersama tim kesehatan yang terdiri dari Perawat Sus Inka, Sus Stely, dan Bidan Rilya, serta dengan koordinasi penuh Kepala Puskesmas Kahakitang, Ns. Fenly.
Setibanya di lokasi, situasi tidak memberi banyak ruang untuk persiapan. Tim puskesmas langsung melompat ke atas Kapal Sabuk Tahuna dan segera menuju pasien. Seorang bayi tampak lemah dengan kondisi yang mengkhawatirkan.
Berdasarkan informasi awal, bayi tersebut mengalami diare berat, dehidrasi, dan kejang yang telah berlangsung selama berjam-jam. Kondisi ini menempatkan pasien dalam situasi gawat darurat yang mengancam nyawa.
Di tengah keterbatasan fasilitas medis kapal dan guncangan laut, tim langsung melakukan tindakan emergensi. dr. Benly memimpin penanganan medis dengan cepat dan terukur: memasang infus untuk mengoreksi dehidrasi, memberikan obat-obatan darurat, serta terapi oksigen. Tim secara bergantian memantau tanda vital pasien, memastikan kondisi bayi tidak semakin memburuk. Upaya tersebut membuahkan hasil. Kondisi pasien berangsur stabil, meski ancaman kejang masih menjadi perhatian utama.
Setelah kondisi awal tertangani, dr. Benly berdiskusi langsung dengan kapten kapal mengenai langkah selanjutnya. Berdasarkan pertimbangan medis, diputuskan bahwa pasien membutuhkan pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan laboratorium serta terapi spesialistik oleh dokter spesialis anak (DSA).
“Setelah dehidrasi terkoreksi dan pasien berangsur stabil, kejang telah diputus. Namun, memungkinkan untuk bisa berulang apabila penyebab utamanya belum ditangani,” jelas dr. Benly saat proses pengambilan keputusan.
Usai berdiskusi dengan pihak keluarga (ibu pasien) dan kapten Kapal Sabuk, diputuskan bahwa pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit untuk langkah selanjutnya. Tim Puskesmas Kahakitang kemudian membawa bayi tersebut menggunakan perahu speed menuju fasilitas kesehatan rujukan. Saat ini, pasien diketahui sudah berada dalam perawatan rumah sakit dan menunjukkan proses pemulihan.
Peristiwa ini menjadi gambaran nyata dedikasi tenaga kesehatan di wilayah kepulauan terpencil. Di tengah laut, tanpa ruang IGD dan fasilitas lengkap, kecepatan, keberanian, dan kemanusiaan menjadi kunci penyelamatan nyawa. Tim Puskesmas Kahakitang kembali membuktikan bahwa pelayanan kesehatan tidak berhenti di daratan, tetapi hadir di mana pun nyawa membutuhkan pertolongan.
0 Komentar