Suksesi Bisnis Gerabah Pulutan: Warisan Keluarga yang Menjadi Aset Wisata Sulawesi Utara

Gerabah Pulutan: Warisan Keluarga yang Menjadi Aset Wisata Sulawesi Utara
Gerabah Pulutan: Warisan Keluarga yang Menjadi Aset Wisata Sulawesi Utara


FORMOSA NEWS -  Pulutan, Minahasa — Di tengah derasnya arus modernisasi dan persaingan usaha, Desa Pulutan di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, tetap teguh mempertahankan tradisi leluhur: kerajinan gerabah. 

Lebih dari sekadar warisan budaya, industri gerabah di desa ini telah menjadi tulang punggung ekonomi lokal dan simbol keberhasilan suksesi bisnis keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh Maxie Timbuleng dari Program Studi Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Manado dan Rita Norce Taroreh dari Program Studi Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado mengungkap bahwa keberlangsungan industri gerabah di Pulutan tak lepas dari strategi suksesi usaha keluarga yang terstruktur dan berkelanjutan.

“Proses suksesi ini tidak terjadi secara instan. Ada empat tahapan penting yang dilalui: pra-bisnis, pengenalan, pelaksanaan dan pengembangan, serta kedewasaan dan prasuksesi,” jelas Rita Taroreh.

Sejak usia dini, anak-anak diajak bermain dengan tanah liat, mengenal proses produksi, hingga akhirnya terlibat aktif dalam kegiatan usaha sebagai mata pencaharian utama.

Sumber pengetahuan utama dalam proses suksesi ini adalah orang tua, kelompok pengrajin, dan dukungan pemerintah. Orang tua berperan sebagai mentor utama, menanamkan nilai dan keterampilan sejak dini. Kelompok pengrajin menjadi wadah berbagi pengalaman dan inovasi, sementara pemerintah hadir melalui pelatihan, pendampingan, hingga kerja sama internasional.

“Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Provinsi Sulawesi Utara telah membangun pusat pelatihan dan menjalin kerja sama dengan Kanada untuk membentuk Sentra Industri Keramik. Ini menjadi pusat inovasi sekaligus destinasi wisata edukatif,” tambah Maxie Timbuleng.

Desa Pulutan kini tak hanya dikenal sebagai sentra gerabah, tetapi juga sebagai destinasi wisata budaya yang menarik wisatawan lokal dan mancanegara. 

Dengan 85% penduduknya berprofesi sebagai pengrajin, desa ini menjadi contoh nyata bagaimana warisan budaya dapat menjadi kekuatan ekonomi.

Peneliti merekomendasikan sinergi berkelanjutan antara pengrajin, pemerintah, dan akademisi untuk menjaga eksistensi industri ini. Infrastruktur, kebijakan produksi, dan pemasaran harus terus diperkuat agar gerabah Pulutan tetap bersinar di tengah tantangan zaman.

“Desa Pulutan adalah aset budaya dan ekonomi Sulawesi Utara. Menjaga keberlanjutan suksesi usaha keluarga di sini berarti menjaga identitas dan masa depan masyarakatnya,” tutup Rita Taroreh

Penulis: Maxie Timbuleng (Universitas Negeri Manado) dan Rita Norce Taroreh (Universitas Sam Ratulangi Manado)

Posting Komentar

0 Komentar