Bagaimana Peer Review Perubahan Di Era Digital

Godday
By -
0



FORMOSA NEWS-Peer review (tinjauan sejawat) telah lama menjadi tulang punggung sistem publikasi ilmiah, berfungsi sebagai mekanisme untuk memastikan kualitas dan validitas riset yang dipublikasikan. Proses ini, yang melibatkan penilaian oleh para ahli dalam bidang terkait, bertujuan untuk menyaring artikel yang tidak sesuai standar ilmiah sebelum diterbitkan dalam jurnal akademik. Namun, dengan kemajuan pesat teknologi digital, terutama di era internet dan keterbukaan informasi, cara peer review dijalankan telah mengalami banyak perubahan. Perubahan ini melibatkan aspek-aspek seperti transparansi, kecepatan, aksesibilitas, dan keterlibatan berbagai pihak dalam proses tersebut. Artikel ini akan membahas bagaimana peer review telah berubah di era digital, faktor-faktor yang mendorong perubahan tersebut, dan tantangan serta manfaat yang muncul.

1. Sejarah dan Proses Tradisional Peer Review


a. Awal Mula Peer Review


Peer review sebagai proses formal pertama kali dikenal pada abad ke-17, ketika jurnal ilmiah pertama kali muncul. Sebelumnya, proses seleksi artikel dan pengawasan terhadap kualitas karya ilmiah dilakukan secara informal oleh para akademisi. Namun, dengan meningkatnya jumlah publikasi ilmiah, kebutuhan akan sistem yang lebih terstruktur menjadi semakin jelas. Sistem peer review mulai berkembang untuk memastikan bahwa penelitian yang dipublikasikan berkualitas dan dapat dipercaya.


Pada awalnya, peer review dilakukan secara anonim dan dilakukan oleh editor jurnal yang mengirimkan naskah ke ahli yang relevan. Proses ini bersifat tertutup dan hanya melibatkan editor dan reviewer tanpa keterlibatan publik.


b. Proses Peer Review Tradisional


Secara tradisional, peer review melibatkan beberapa langkah:


  • Pengajuan Naskah: Penulis mengirimkan naskah mereka ke jurnal akademik.
  • Penunjukan Reviewer: Editor jurnal memilih beberapa reviewer yang ahli di bidang terkait.
  • Evaluasi dan Feedback: Reviewer membaca naskah, menilai kualitasnya, dan memberikan saran atau kritik.
  • Keputusan: Berdasarkan umpan balik dari reviewer, editor memutuskan apakah artikel diterima, ditolak, atau memerlukan revisi.
  • Publikasi: Jika artikel diterima, ia akan dipublikasikan setelah revisi dilakukan.

Proses ini sering kali memakan waktu yang cukup lama, terutama jika melibatkan lebih dari satu putaran revisi, dan bisa mengakibatkan keterlambatan publikasi.


2. Perubahan Peer Review di Era Digital


Era digital telah membawa dampak besar terhadap hampir semua aspek kehidupan akademik, termasuk proses peer review. Perubahan ini terjadi dengan pesat, seiring dengan berkembangnya platform digital, media sosial, serta alat analisis berbasis teknologi.


a. Kecepatan dan Aksesibilitas yang Lebih Cepat


Salah satu perubahan terbesar yang terjadi di era digital adalah kecepatan proses peer review. Dulu, proses ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan hingga setahun untuk mendapatkan keputusan. Kini, platform digital memungkinkan proses pengajuan, peninjauan, dan penerimaan artikel berlangsung lebih cepat. Banyak jurnal ilmiah kini menggunakan platform online untuk pengajuan dan komunikasi antara penulis, editor, dan reviewer. Dengan sistem berbasis web, dokumen bisa diproses dan ditinjau lebih cepat, mengurangi waktu tunggu bagi penulis dan meningkatkan efisiensi.


Beberapa jurnal juga menggunakan sistem preprint yang memungkinkan hasil penelitian dipublikasikan secara terbuka sebelum melalui proses peer review. Ini mempercepat penyebaran temuan ilmiah kepada komunitas ilmiah dan publik.


b. Peer Review Terbuka (Open Peer Review)


Salah satu transformasi utama dalam peer review di era digital adalah pergeseran menuju model peer review terbuka (open peer review). Di dalam sistem tradisional, proses peninjauan biasanya anonim, dengan reviewer yang tidak diketahui oleh penulis dan sebaliknya. Namun, dengan kemajuan digital, beberapa jurnal kini mengadopsi sistem yang lebih terbuka.


  • Peer review terbuka melibatkan pengungkapan identitas reviewer kepada penulis dan bahkan memungkinkan reviewer untuk memberikan komentar mereka secara terbuka. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam proses penilaian, sekaligus memberikan kesempatan bagi penulis untuk memahami kritik yang lebih jelas dan konstruktif.

  • Selain itu, data dan artikel preprint juga sering digunakan untuk peer review terbuka, memungkinkan temuan ilmiah dibahas secara langsung di forum publik sebelum diterbitkan

  •  secara resmi.


c. Kolaborasi Global yang Lebih Mudah


Di era digital, kolaborasi antarpeneliti dan antarinstitusi menjadi lebih mudah. Teknologi memungkinkan para ilmuwan dari seluruh dunia untuk terhubung secara langsung, berbagi naskah, memberikan ulasan, dan berkolaborasi dalam pengembangan riset. Ini menjadi hal yang sangat penting, terutama ketika penelitian ilmiah semakin bersifat multidisipliner dan mengharuskan keterlibatan berbagai pihak dari latar belakang yang berbeda.


Selain itu, platform seperti ResearchGate dan Academia.edu memungkinkan para peneliti berbagi karya mereka dengan kolega di seluruh dunia, yang juga dapat memberi umpan balik dan melakukan review terhadap karya tersebut sebelum dipublikasikan.


d. Automasi dan Kecerdasan Buatan (AI) dalam Proses Peer Review


Salah satu inovasi terbaru adalah penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung proses peer review. Teknologi ini dapat digunakan untuk melakukan penilaian awal terhadap kualitas artikel, termasuk mengidentifikasi potensi plagiarisme, kesalahan metodologi, atau inkonsistensi dalam data.


Beberapa jurnal telah mengintegrasikan perangkat lunak berbasis AI untuk membantu editor dalam menyaring artikel yang diterima untuk ditinjau oleh reviewer manusia. AI dapat menganalisis naskah secara cepat dan memberikan rekomendasi mengenai apakah naskah tersebut cocok untuk ditinjau lebih lanjut, memungkinkan editor untuk lebih efisien dalam mengelola sejumlah besar artikel.


Selain itu, beberapa platform juga menggunakan algoritma untuk mencocokkan artikel dengan reviewer yang paling sesuai, berdasarkan kecocokan topik dan keahlian, mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menemukan reviewer yang tepat.


e. Penilaian Berdasarkan Dampak (Impact Factor) dan Open Metrics


Era digital juga membawa perubahan dalam cara penilaian artikel ilmiah dilakukan. Dulu, jurnal ilmiah sering kali mengandalkan impact factor (IF) sebagai metrik utama untuk menilai kualitas jurnal dan artikel yang dipublikasikan. Namun, dengan banyaknya jurnal online yang terbit, metrik ini mulai dipandang kurang memadai untuk menilai dampak riset.


Kini, beberapa jurnal dan platform publikasi beralih ke sistem open metrics, yang memberikan informasi lebih mendalam tentang seberapa sering artikel dibaca, dibagikan, atau dibahas di media sosial. Sistem ini memungkinkan penulis dan pembaca untuk mengevaluasi dampak suatu artikel di luar sekadar jumlah kutipan ilmiah, memperhitungkan keterlibatan yang lebih luas dengan temuan penelitian.


Beberapa platform seperti Altmetric dan PlumX juga memberikan metrik alternatif yang dapat digunakan oleh penulis, reviewer, dan editor untuk mengevaluasi dampak sosial dan profesional dari suatu penelitian.


f. Penerbitan Jurnal dan Akses Terbuka (Open Access)


Akses terbuka atau open access telah menjadi gerakan besar di dunia publikasi ilmiah. Dulu, banyak penelitian ilmiah hanya dapat diakses melalui jurnal berbayar, yang membatasi distribusi pengetahuan. Di era digital, banyak jurnal mulai mengadopsi model open access, di mana artikel dapat diakses secara bebas oleh siapa saja.


Penulis yang memilih untuk mempublikasikan artikel mereka dalam jurnal open access biasanya harus membayar biaya penerbitan, namun keuntungan dari model ini adalah karya mereka dapat dijangkau oleh audiens yang lebih luas, termasuk akademisi, praktisi, dan masyarakat umum. Model ini mendukung ideologi bahwa pengetahuan ilmiah harus dibuka secara bebas untuk kemajuan umat manusia.


Akses terbuka juga berkontribusi pada peer review terbuka, di mana hasil penelitian dan komentar dari reviewer dapat diakses publik, mendorong kolaborasi lebih lanjut dan diskusi tentang temuan ilmiah.


g. Transparansi dan Akuntabilitas yang Lebih Tinggi


Era digital memfasilitasi transparansi dalam penelitian ilmiah. Platform yang berbasis digital memungkinkan pengarsipan data penelitian dan proses review secara terbuka. Dengan adanya akses terbuka terhadap data dan komentar reviewer, proses peer review dapat menjadi lebih transparan dan akuntabel.


Penulis dan reviewer sekarang memiliki lebih banyak kesempatan untuk memberikan komentar mereka, menanggapi umpan balik, dan memastikan bahwa proses peer review berjalan lebih adil. Hal ini juga memberikan kejelasan lebih besar mengenai alasan dibalik keputusan editorial, yang dapat memperbaiki kualitas proses peninjauan.


3. Tantangan dan Risiko dalam Peer Review Digital


Namun, meskipun ada banyak manfaat dari digitalisasi proses peer review, tantangan dan risiko juga muncul. Beberapa tantangan yang dihadapi adalah:


a. Bias dan Kualitas Reviewer


Meskipun penggunaan AI dan platform digital memungkinkan pencocokan yang lebih baik antara artikel dan reviewer, terdapat kekhawatiran terkait bias dalam pemilihan reviewer. Penelitian menunjukkan bahwa bias gender, lokasi geografis, dan status akademik bisa mempengaruhi keputusan yang diambil oleh reviewer.


b. Penggunaan Plagiarisme dan Manipulasi Data


Dengan kemajuan digital, penyalahgunaan seperti plagiarisme dan manipulasi data menjadi lebih mudah dilakukan, dan kadang-kadang sulit untuk terdeteksi dalam proses peer review. Meskipun software untuk mendeteksi plagiarisme semakin canggih, ancaman ini tetap menjadi perhatian dalam publikasi ilmiah.


c. Tantangan terhadap Model Open Access


Model open access membawa keuntungan, tetapi juga tantangan tersendiri, terutama terkait dengan biaya publikasi. Beberapa penulis mungkin kesulitan untuk membayar biaya penerbitan artikel mereka dalam jurnal open access, yang dapat membatasi akses mereka terhadap peluang publikasi.


4. Kesimpulan


Digitalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam cara peer review dilakukan di dunia akademik. Proses ini menjadi lebih cepat, transparan, dan terjangkau, dengan banyaknya platform yang memfasilitasi kolaborasi global antara penulis, editor, dan reviewer. Selain itu, penggunaan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan dan algoritma untuk pencocokan reviewer memberikan efisiensi yang lebih besar. Namun, perubahan ini juga menghadirkan tantangan, termasuk risiko bias dan masalah terkait akses terbuka.


Pada akhirnya, meskipun terdapat tantangan, peer review di era digital menawarkan banyak potensi untuk meningkatkan kualitas dan transparansi dalam dunia publikasi ilmiah, yang akan bermanfaat bagi ilmuwan dan masyarakat secara keseluruhan.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)