Mewariskan Api Kriya: Gerabah Pulutan Bertahan Lewat Estafet Usaha Keluarga

Sumber Foto: Dokumentasi dari Penulis

FORMOSA NEWS - Minahasa, Sulawesi Utara — Di tengah perbukitan Remboken, Desa Pulutan tetap menjadi saksi hidup tradisi pembuatan gerabah yang telah turun-temurun dijaga oleh warganya. Keunikan desa ini terletak pada cara mereka mempertahankan usaha melalui suksesi bisnis keluarga, di mana keahlian dan nilai-nilai diwariskan dari generasi ke generasi. 

Penelitian oleh Maxie Timbuleng dan Rita Norce Taroreh dari Universitas Negeri Manado mengungkap bahwa keberlangsungan usaha kecil keluarga tidak hanya bergantung pada keterampilan teknis, tetapi juga pada perencanaan suksesi yang matang, nilai kekeluargaan yang kuat, serta kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah. 

Sumber Foto: Dokumentasi dari Penulis

“Orang tua berperan utama dalam menurunkan bukan hanya kemampuan teknis, tetapi juga nilai-nilai bisnis kepada anak-anak mereka,” ujar Timbuleng.

Studi ini menemukan bahwa proses suksesi usaha gerabah di Pulutan melalui empat tahap utama: pra-usaha, pengenalan, pelaksanaan dan pengembangan, serta kedewasaan dan pra-suksesi. Setiap tahap dirancang untuk mempersiapkan generasi penerus agar mampu melanjutkan usaha dengan tanggung jawab dan keterampilan yang baik. 

Proses pewarisan pengetahuan tidak hanya terjadi di dalam keluarga. Dukngan dari kelompok pengrajin serta pemerintah daerah turut memperkuat eksistensi industri ini. Melalui pelatihan, pendampingan, dan kolaborasi dengan universitas, para pengrajin dibantu untuk meningkatkan kualitas produk dan berinovasi dalam desain. 

Desa Pulutan yang telah dikenal sejak tahun 1916 kini dihuni lebih dari 1.000 penduduk, di mana sekitar 85% di antaranya berprofesi sebagai pengrajin gerabah. Karya mereka menjadi simbol seni dan budaya lokal, sekaligus aset pariwisata unggulan Sulawesi Utara. 

Sumber Foto: Dokumentasi dari Penulis

Para peneliti merekomendasikan agar kerja sama antara pengrajin, pemerintah, dan akademisi terus diperkuat demi menjaga warisan ekonomi berbasis keluarga ini. 

“Proses suksesi ini harus terus dirawat agar Pulutan tidak hanya menjadi pusat kerajinan, tetapi juga simbol warisan kewirausahaan keluarga,” tutur Taroreh.

Posting Komentar

0 Komentar