Observasi Lapang: Langkah Awal Revitalisasi Kampung Gatot Menuju Destinasi Pangan Lokal
Dalam
observasi ini, tim akademisi, Pemerintah Kecamatan, perangkat desa, KKN
Universitas Brawijaya, serta Tenaga Pendamping Profesional (TPP) dari Kemendesa
PDT bersama-sama meninjau langsung area produksi, distribusi, hingga potensi
pengembangan spot wisata kuliner di Kampung Gatot. Observasi dilakukan untuk
memetakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada, sehingga dapat
dirumuskan strategi pengembangan berbasis SAT (Strategy, Action, Technology).
Camat
Sumberpucung, Sri Pawening, menegaskan pentingnya kegiatan observasi lapang
sebagai pondasi revitalisasi.
“Hari ini
kita tidak hanya sekadar meninjau, tetapi juga melihat langsung potensi yang
bisa kita kembangkan. Kampung Gatot ini memiliki warisan pangan lokal yang
sangat khas. Tantangannya adalah bagaimana menjadikan potensi ini berdaya saing
melalui standar higienis, pencatatan keuangan yang transparan, serta promosi
digital,” ujarnya.
Sri juga
menambahkan bahwa keberlanjutan program tidak akan lepas dari keterlibatan
berbagai pihak. Pemerintah kecamatan siap mengawal proses pengembangan agar
target produksi 150 kg per bulan atau 5 kg per hari dapat tercapai tanpa
mengabaikan kualitas.
Sementara
itu, Ardianto Hartanto, akademisi Universitas Negeri Malang yang hadir dalam
kegiatan, menilai bahwa observasi lapang menjadi titik awal merumuskan roadmap
pengembangan Kampung Gatot.
“Observasi
ini penting karena dari sini kita bisa mengetahui kondisi nyata di lapangan.
Mulai dari kualitas bahan baku, kesiapan pelaku usaha, hingga peluang
pengembangan wisata. Nantinya, hasil observasi akan dijadikan dasar dalam
menyusun SOP higienis berstandar PIRT dan strategi pemasaran melalui media
digital,” jelasnya.
Selain
meninjau produksi, tim juga mengidentifikasi lokasi-lokasi strategis yang
nantinya akan dipasang banner promosi, serta area yang berpotensi dijadikan
lima spot foto bertema budaya lokal. Spot foto ini diharapkan menjadi daya
tarik tambahan bagi wisatawan yang berkunjung, sehingga Kampung Gatot tidak
hanya dikenal karena produknya, tetapi juga karena suasana dan identitas
budayanya.
Tenaga
Pendamping Profesional (TPP) Kemendesa PDT, Nana, turut menekankan bahwa
observasi lapang harus dilihat sebagai bagian dari strategi besar menuju konsep
Niche Market Destination.
“Kampung
Gatot memiliki peluang besar menjadi destinasi pasar khusus. Tidak hanya
menjual produk gatot, tetapi juga menjual pengalaman budaya, kearifan lokal,
serta konsep wisata pangan berkelanjutan. Dengan observasi ini, kita bisa
memastikan arah pengembangan sesuai kebutuhan masyarakat dan pasar,”
ungkapnya.
Warga desa
pun menyambut antusias kegiatan ini. Banyak yang berharap Kampung Gatot kembali
bangkit dan mampu menarik wisatawan lokal maupun internasional. Dengan adanya
intervensi dari pemerintah, akademisi, dan pendamping desa, warga yakin bahwa
potensi pangan lokal ini bisa dihidupkan kembali.
Observasi
lapang ini sekaligus menjadi pembuka bagi rangkaian kegiatan berikutnya,
seperti Forum Group Discussion (FGD), sosialisasi program, hingga berbagai
workshop yang berfokus pada SOP produksi, manajemen keuangan digital,
pemasaran, hingga sustainability. Puncaknya akan ditutup dengan Festival
Kampung Gatot pada 18 Agustus 2025.
“Ini baru
langkah awal. Ke depan, kita akan terus bergerak bersama. Kampung Gatot harus
kembali dikenal, bukan hanya di Malang Raya, tetapi juga di tingkat nasional
bahkan internasional,” pungkas Sri Pawening.
Tidak ada komentar