Marcos menyatakan perlunya kemajuan substantif dan semua pihak harus serius mengelola perbedaan dan mengurangi ketegangan. Ketegangan antara Filipina dan China meningkat terkait sengketa wilayah, dengan Filipina menuduh penjaga pantai China agresif, sementara Beijing mengklaim terjadi provokasi dari Manila.
Ia menegaskan, "Harus ada lebih banyak urgensi dalam proses negosiasi kode perilaku ASEAN-China." Situasi di Laut China Selatan tetap tegang, dengan China mengklaim hampir seluruh wilayah berdasarkan peta lama dan mengerahkan armada penjaga pantai di zona ekonomi eksklusif negara-negara ASEAN.
Kode perilaku disepakati secara prinsip antara China dan ASEAN pada 2002, tetapi proses formal baru dimulai pada 2017, dengan kemajuan yang lambat. Marcos juga mengungkapkan frustrasi bahwa definisi konsep dasar seperti "pengekangan diri" belum disepakati.
Pertemuan di Laos juga membahas kerjasama keamanan antara Jepang dan Korea Selatan, serta situasi krisis di Myanmar setelah kudeta militer 2021, yang telah memicu perang sipil dan menguji solidaritas ASEAN. Marcos menilai proses perdamaian ASEAN belum efektif dan mencari strategi baru.
Posting Komentar
0Komentar