Induk Usaha TikTok, Bytedance (Foto: REUTERS/Stringer) |
FORMOSA NEWS, Amerika Serikat - Perusahaan induk Tiktok di China, ByteDance lebih memilih menutup aplikasi TikTok daripada harus menjualnya ke perusahaan Amerika Serikat (AS).
Langkah ini akan diambil jika TikTok gagal menggugat undang-undang di AS yang memaksa divestasi perusahaan.
"ByteDance tidak akan menjual TikTok. Alasannya, algoritma TikTok dinilai terlalu penting untuk seluruh bisnis ByteDance," demikian ditulis Reuters, Senin (29/4/2024).
ByteDance juga telah merilis pernyataan di Toutiao, salah satu platform media sosial miliknya, bahwa mereka tidak punya rencana untuk menjual TikTok.
Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah The Information melaporkan bahwa ByteDance mempertimbangkan menjual bisnis TikTok tanpa algoritmanya.
CEO TikTok Shou Zi Chew sebelumnya telah menyatakan bahwa mereka yakin bisa memenangi gugatan untuk membatalkan UU yang ditandatangani Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada awal pekan ini setelah disepakati oleh dua badan legislatif di AS yaitu Senat dan DPR.
UU ini memaksa TikTok dijual atau diblokir dengan alasan demi melindungi data warga AS dari pemerintah China. Biden memberikan tenggat 19 Januari 2024 untuk penjualan TikTok.
Jika TikTok tidak dijual oleh pemilik China-nya pada waktu tersebut, toko aplikasi App Store dan Play Store dilarang menyediakan aplikasi TikTok di seluruh AS.
Harga jual TikTok diperkirakan mencapai US$ 100 miliar (Rp 1.621 triliun). Harga ini lebih rendah dibandingkan dengan angka penjualan TikTok di AS. Padahal tahun lalu, Tiktok telah menghasilkan US$ 16 miliar (Rp 259 triliun).
Pemerintah China kemungkinan akan melawan aturan tersebut. Pemerintah Xi Jinping dipastikan akan memblokir kesepakatan apapun yang dibuat AS. Selain itu, Tiktok juga diramal tak bisa memenuhi tenggat waktu penjualan.
"Seperti yang bisa kami katakan dalam bisnis, jumlah hambatan dalam transaksi ini sangat ekstrem," kata mantan mitra merger dan akuisisi di firma hukum Shearman & Sterling Lee Edwards, dikutip dari Washington Post.
"Untuk menyelesaikan kesepakatan sebesar dan kompleksitas ini hanya dalam waktu setengah tahun, termasuk meloloskan tinjauan peraturan apa pun yang mungkin diperlukan di negara-negara di seluruh dunia, akan menjadi hal yang sangat cepat dan agresif," tambahnya.
Namun, melihat potensi dari TikTok banyak pihak yang siap untuk mengakuisisi aplikasi populer itu.
Bobby Kotick, mantan kepala raksasa video game Activision Blizzard, dan Kevin O'Leary, investor Kanada dari acara TV "Shark Tank," keduanya telah menyatakan minatnya pada kesepakatan TikTok.
Namun mereka mungkin tidak mempunyai uang untuk melakukan pengambil alihan secara serius, dan mengumpulkan dana mereka sebagai bagian dari konsorsium investasi akan menimbulkan masalah baru lagi.
Seandainya benar akan dijual, siapa yang mampu membeli Tiktok?
Editor : Muti Amanda Chairiyah
Posting Komentar
0Komentar