Warga Palestina di Gaza Tolak Rencana Penggusuran Meski Wilayah Porak-Poranda Akibat Perang
![]() |
Seorang pria Palestina melihat bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan Israel di kamp pengungsi al-Shati, Gaza utara, Gambar: BBC |
Rencana penggusuran tersebut dikabarkan berkaitan dengan proyek pembangunan kontroversial yang pernah dikaitkan dengan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Proyek ini disebut-sebut menjadi bagian dari kesepakatan ekonomi dan geopolitik yang dinilai merugikan rakyat Palestina.
Sejumlah warga Gaza menyatakan bahwa tanah yang mereka tempati bukan sekadar tempat tinggal, melainkan simbol identitas, sejarah, dan warisan leluhur. Mereka menolak keras setiap upaya relokasi yang mereka anggap sebagai bentuk penghapusan paksa atas eksistensi Palestina di kawasan tersebut.
“Kami sudah kehilangan keluarga, rumah, bahkan masa depan. Tapi tanah ini adalah satu-satunya yang tersisa. Kami tidak akan tinggalkan sejarah kami,” ujar Abu Khaled, salah satu warga Gaza yang rumahnya hancur akibat serangan udara.
Penolakan warga ini mendapat dukungan dari sejumlah organisasi kemanusiaan dan pegiat hak asasi manusia internasional. Mereka mengecam rencana penggusuran sebagai tindakan yang melanggar hukum internasional dan memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza yang sudah sangat kritis.
Di tengah blokade dan kehancuran infrastruktur, warga Palestina terus berjuang untuk bertahan hidup sekaligus mempertahankan hak atas tanah mereka. Banyak dari mereka kini tinggal di tenda-tenda darurat, namun tetap menolak meninggalkan lokasi yang sudah mereka huni selama puluhan tahun.
Situasi ini kembali menyoroti kompleksitas konflik di Timur Tengah, terutama soal status tanah dan hak kepemilikan yang terus menjadi sumber ketegangan. Masyarakat internasional pun didesak untuk lebih aktif dalam mendorong penyelesaian damai dan melindungi hak-hak dasar rakyat Palestina.
Sementara itu, pemerintah Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait penolakan warga terhadap proyek penggusuran ini. Namun berbagai laporan menyebutkan bahwa tekanan politik dan diplomatik terus meningkat seiring dengan perhatian dunia yang kembali tertuju ke Gaza.
Tidak ada komentar