FORMOSA NEWS - Jakarta, 23 Mei 2025 — Isu perundungan
atau bullying di lingkungan sekolah menjadi perhatian serius dalam dunia
pendidikan Indonesia. Dalam upaya mengatasi masalah ini secara sistematis, Pusat
Studi Analisis Kebijakan Program Studi Magister Administrasi Pendidikan
Universitas Kristen Indonesia (UKI) menyelenggarakan Forum Group Discussion
(FGD) Nasional bertajuk “Kebijakan Anti-Bullying: Menciptakan Ruang Belajar
yang Aman dan Nyaman bagi Semua Siswa”, yang berlangsung secara daring
melalui Zoom.
Kegiatan
ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan pendidikan, termasuk kepala
sekolah, akademisi, dan mahasiswa, dengan tujuan memperkuat pemahaman serta
merumuskan strategi efektif dalam menyusun dan mengimplementasikan kebijakan
anti-bullying di sekolah dasar.
Dr. Dra. Erni
Murniarti, S.H., M.Pd., selaku Ketua Pusat Studi Analisis Kebijakan sekaligus Dosen
Pengampu Matakuliah Analisis Kebijakan Pendidikan, menyampaikan bahwa FGD yang
di gagas Oleh Mahasiswa ini menjadi bagian dari kontrak akademik yang didukung
penuh oleh Direktorat Pascasarjana UKI. Ia berharap kegiatan yang di ini mampu meningkatkan daya kritis peserta
dalam menyikapi isu kebijakan pendidikan sekaligus meningkatkan profesionalitas
para pendidik.
Dalam sambutannya, Wakil Direktur
Pascasarjana UKI, Desi Sianipar, M.Th., D.Th., menekankan bahwa perundungan
merupakan masalah struktural yang memerlukan penanganan lintas sektor.
"FGD ini diharapkan melahirkan kebijakan-kebijakan yang konkret dan
efektif guna menciptakan sekolah dasar bebas bullying," ungkapnya.
Sesi FGD dipandu Oleh
Rohani M. Silalahi, S.Sos dan pemaparan narasumber diawali oleh FX Oktaf
Laudensius, S.Si., M.M., Kepala SD Marsudirini Yogyakarta, yang mengusung tema “Menuju
Zero Bullying melalui Teacher as a Coach”. Ia memaparkan program
komprehensif berbasis pendekatan coaching yang menempatkan guru sebagai pelatih
dan pendamping siswa. Sekolahnya juga membentuk Tim Pencegahan Tindak Kekerasan
(TPPK) dan bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
untuk penanganan kasus-kasus secara profesional.
Selanjutnya, Maria Maya Mayesta Sareng, S.Pd.,
Kepala SD Santa Theresia Jakarta, membahas tema “Membangun Budaya Positif
Sekolah: dari Intervensi Menuju Pencegahan Bullying.” Ia menekankan pentingnya
pergeseran paradigma dari pendekatan reaktif ke preventif. Sekolahnya
mengadopsi protokol safeguarding menyeluruh yang melibatkan guru, siswa, orang
tua, hingga tenaga ahli eksternal seperti psikolog dan aparat hukum.
Sesi tanya
jawab menunjukkan bahwa praktik penanganan bullying di sekolah perlu
konsistensi, komunikasi terbuka, dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku
kepentingan. Para narasumber menegaskan pentingnya keterlibatan
orang tua dalam program seperti Parents as a Coach serta penguatan
kebijakan digital dalam menghadapi tantangan cyber bullying.
Dalam menjawab pertanyaan peserta,
baik FX Oktaf maupun Maria Maya menekankan bahwa keberhasilan program
anti-bullying sangat bergantung pada budaya sekolah yang inklusif, SOP yang
jelas, dan pendekatan humanis terhadap siswa.
FGD ini menyimpulkan bahwa
kebijakan anti-bullying harus bersifat holistik, menyentuh aspek edukatif,
kultural, struktural, hingga psikologis. Kunci keberhasilan ada pada kolaborasi antara guru, orang tua, siswa, dan
masyarakat luas.
Penyelenggara
berharap hasil FGD ini dapat menjadi dasar pembentukan kebijakan di tingkat
satuan pendidikan, sekaligus menginspirasi sekolah-sekolah lain untuk mengembangkan
pendekatan serupa. Karena ruang belajar yang aman dan nyaman adalah hak setiap
anak, dan tanggung jawab kita bersama untuk mewujudkannya.
Penulis : Tim Redaksi
Foto : Dokumentasi Panitia FGD
Posting Komentar
0Komentar