Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka perceraian di Indonesia terus meningkat dalam dekade terakhir. Hal ini menyebabkan banyak anak tumbuh tanpa kehadiran ayah dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik di kota besar maupun di pedesaan.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Dr. Aulia Rahman, menyatakan bahwa meningkatnya angka perceraian dan ketidakhadiran ayah berdampak besar pada perkembangan anak. "Anak-anak yang tumbuh tanpa figur ayah yang kuat cenderung menghadapi berbagai masalah emosional dan sosial, termasuk kesulitan dalam membentuk identitas diri dan masalah kepercayaan diri," jelas Dr. Aulia.
Ketidakhadiran ayah tidak hanya berdampak emosional dan sosial, tetapi juga pada ekonomi keluarga dan pendidikan anak. Banyak ibu tunggal harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga waktu dan perhatian untuk anak menjadi terbatas, yang bisa mempengaruhi prestasi akademis dan kesejahteraan anak.
"Ketiadaan figur ayah juga mempengaruhi stabilitas ekonomi keluarga. Ibu yang menjadi satu-satunya pencari nafkah sering kali menghadapi tekanan ekonomi yang berat, yang berdampak pada kesejahteraan anak-anak mereka," tambah Dr. Aulia.
Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk menangani masalah ini, termasuk program dukungan untuk keluarga tunggal dan peningkatan akses ke layanan konseling. Namun, tantangan masih besar dan memerlukan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan lembaga sosial.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, mengatakan, "Kami terus berupaya meningkatkan kesadaran tentang pentingnya peran ayah dalam keluarga. Program dukungan bagi keluarga tunggal dan edukasi tentang pentingnya kehadiran ayah harus diperluas dan diperkuat."
Julukan "negara tanpa ayah" ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Banyak yang merasa prihatin dan berharap ada perubahan positif. Sementara itu, beberapa pihak menganggap julukan ini sebagai tantangan untuk lebih memperhatikan dan memperkuat peran keluarga dalam masyarakat.
"Ini adalah panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap keluarga dan anak-anak kita. Peran ayah sangat penting dalam membentuk generasi masa depan yang kuat dan seimbang," ujar Maria Indrawati, seorang aktivis sosial.
Dengan peningkatan kesadaran dan upaya bersama, diharapkan Indonesia dapat mengatasi masalah ini dan menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang.
Posting Komentar
0Komentar