Hentikan Kultur Senioritas di Sekolah Kedinasan

lusius-sinurat
By -
0
Jenazah Putu Satria Ananta Rastika (19), taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta saat dipindahkan dari rumah duka B ke rumah duka A di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (4/5/2024).(KOMPAS.com/Dzaky Nurcahyo)

FORMOSA NEWS - Perilaku kekerasan dan senioritas pada sekolah kedinasan, seperti yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, dianggap tidak ada hubungannya dengan membentuk karakter buat siap menghadapi krisis dalam pekerjaan mereka.

Konsekuensinya, para pelaut harus sehat fisik dan kompak serta peduli pada nyawa orang lain, dan hal itu ditanamkan sejak maaa pendidikan di STIP.
 
Calon pelaut seharusnya diberi pengetahuan tentang kecepatan dan ketepatan aksi dan reaksi ketika menghadapi persoalan di tengah laut. 

Aksi kekerasan justru hanya melanggengkan tradisi negatif yang diturunkan dari setiap angkatan dan juga bisa berdampak tidak baik terhadap masyarakat, seperti munculnya arogansi dan lainnya.

Di samping itu, sikap senioritas sudah tidak relevan di dalam sekolah kedinasan yang lulusannya akan berhadapan dengan berbagai kalangan masyarakat. 

Maka, budaya senioritas ini harus diretas dan dihapuskan. Ini sanasekali tidak relevan dengan tujuan pendidikan di dalam pendidikan kedinasan. 

Diberitakan sebelumnya, taruna tingkat 1 STIP Jakarta bernama Putu Satria Ananta Rastika dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024), diduga karena dianiaya oleh seniornya, T (21). 

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hadi Saputra Siagian mengatakan, peristiwa pemukulan ini terjadi di sebuah toilet yang berada di lantai dua gedung Kampus STIP, Cilincing, Jakarta Utara.

Sebelum penganiayaan terjadi, Putu bersama beberapa rekannya baru saja mengecek sejumlah kelas usai kegiatan jalan santai.

“Setelah memastikan tak ada orang di dalam kelas, mereka (korban dan temannya) dipanggil oleh T. T mempertanyakan korban kenapa mengenakan baju olahraga saat ke gedung pendidikan," kata Hadi dalam keterangannya.

Hadi menyebutkan, Putu dan empat temannya dibawa ke dalam kamar mandi lalu diminta berbaris tanpa tahu tujuan dari sang senior.

“Setelah berbasis, T langsung melepaskan pukulan dengan tangan kosong kepada korban (Putu) ke arah ulu hati,” ujar Hadi. 

T kemudian meminta empat teman Putu pergi dan korban dibawa ke klinik yang berada di lingkungan STIP. 

Sesampainya di klinik, korban disebut sudah tak bernyawa, ditandai dengan sudah tidak ada nadi yang berdenyut di tubuh korban. 

Terkait peristiwa itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy akan mendalami kasus itu. 

"Kita lihat kasusnya, ya. Selama ini itu jadi tanggung jawab institusi, termasuk kalau itu menyangkut mahasiswa, ya pimpinan yang bertanggung jawab di bidang kemahasiswaan," kata Muhadjir di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (6/5/2024).

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku turut prihatin atas kasus kekerasan hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa tersebut. 

Budi menuturkan, Kemenhub sudah melakukan upaya penegakan hukum terhadap pelaku. Kementerian itu sudah membentuk tim investigasi dan evaluasi pola pengasuhan di STIP Jakarta. 

"Nanti saya berbelasungkawa dan sangat prihatin. Kami sudah melakukan satu upaya penegakan hukum. Tapi nanti detailnya Bu Adita (Irawati Jubir Kemenhub) akan menjelaskan," kata dia. ***

Editor : Muti Amanda Chairiyah
Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)