Litani Guru Simalakama

NSSC
By -
0
Litani Guru Simalakama

FORMOSA NEWS - Seorang dosen universitas yang dulunya IKIP mengeluh tentang rendahnya kualitas SDM mahasiswanya.

Ia curhat di Fesbuknya,

"Mau gimana lagi cara kami para dosen ini menghasilkan guru-guru berkualitas. Sementara kualitas lulusan SMA yang masuk ke kampus kami ini sangat rendah.

Alih-alih bertanya di kelas, mereka gak tidur saja sudah syukur. Masih syukur dikit karena mereka tamoil glowing dan seksi.

Para mahasiswa dan mahasiswi baru asal daerah yang membaca postingan itu merasa tersinggung. Ia lalu menulia di kolom komentar begini,

"Janganlah pula kami disalahkan. Justru karena kami masih bodoh, maka kami kuliah di sini. Asal bapak/ibu dosen tahu, hampir semua guru kami adalah alumni kampus ini.

Kalau pun ada guru kami dari kampus lain, maka mereka itu hanyalah honorer yang kebetulan masih keluarga nya pak kepala seksi atau kepsek, pak/bu. Maksud saya, pak/bu dosen, mayoritas guru kami, ya lulusan kampus tercinta ini. Tak hanya di SMA, tapi juga SMP, SD, bahkan TK.

Nah kalau kami bodoh, maka itu berarti guru-guru kami juga bodohlah. Lagian kalau kami bodo' kenapa kami diterima di kampus ini? 

Kami lulus nya jalur tes yang diseduakan. Ihhhh, takut kali pun kami lulus dari sini akan jadi guru bodo' kayak mereka? Macam mana pula ke' gitu pola pikir dosen. Amang oi amang!"

Tak lama berselang, guru-guru mereka yang masih hidup dan suka curhat di medsos, yang kebetulan alumni kampus itu, dan jugan mantan guru dari mahasiswa yang sekarang kuliah di alm maternya tak mau kalahm

Salah satunya adalah seorang ibu guru. Ia merasa risau juga dengan postingan itu. Lalu ia menanggapi dengan emoticon muka merah alias marah, lalu memberi komentar berikut,

"Untuk para dosenku semasa kuliah di universitas yang kita cintai itu, tolong hargai jerih payah kami yang sudah mendidik anak-anak itu. 

Harusnya pak rektor bangga kami mengarahkan anak-anak itu kuliah di alma mater kita.

Kami tau nya kek mana kualitas kampus kita, pak/bu dosen. Tapi awak ingat waktu wisuda, kami bapak tugaskan untuk mempromosikan kampus kita ke sekolah-sekolah tempat kita mengajar: kepada anak-anak kami yang harus berjuang. 

Kepada mereka kani selalu mengatakan ikuti saja maunya dosen kalau kalian mau cepat lulus. Jangan lawan dosen, apalagi nanti kalau skripsi, ikuti saja pembimbingmu."

Ya, beginilah pendidikan tinggi kita berlangsung: promosi jorjoran kayak politisi umbar janji. 

Kampus kemudia membuat USM sebagai kata sandi penerimaan mahasiswa baru, agar terlihat kampus dengan banyak peminat dan harus diaeleksi. 

Benar bahwa kursi tetap disisakan untuk jalur mandiri.

Setelah selesai penerimaan mahasiswa batu, tetapkan aturan ketat kepada mahasiswa sejak masa pengenalan kampus, terutama tak boleh telat bayar uang kuliah. Uang pembangunan juga harus ditekankan.

Mulai perkuliahan secara formal. Siapa pun dosennya, mahasiswa harus menyesuaikan diri. *FN



Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)