FORMOSA NEWS, Medan - Semesta tampaknya sudah bosan dengan manusia. Kemajuan teknologi komunikasi telah menyingkirkan segala misteri, atau hal-hal yang dulu tabu atau pantang.
Paling tidak, saat ini tak lagi terdengar kebiasaan menyimpan rahasia, berbohong demi kebenaran, berbakti kepada orangtua, dan semua hal yang dulu kita anggap 'sakral'.
Di bidang agama, seseorang kerap mengklaim Tuhan sebagai miliknya. Di satu sisi Si Mualaf membombardir AGAMA yang ditinggal sebagai agama yang kitab sucinya sesat; tapi di sisi lain, si Murtadzin lantas ber-haleluya karena merasa sudah selamat.
Di bidang pendidikan, ILMU PENGETAHUAN tak lagi menempel di otak manusia. Semua orang hanya tampak sok pinter, quasi intellectum.
Akibat lebih lanjut, di era ini, seseorang tak boleh mengatakan "tidak tahu" untuk pertanyaan apapun yang ditujukan kepadanya.
Itu sebabnya kita butuh Google Search, bing search. Kakau masih kurang, banyak lagi aplikasi AI yang bisa kita gunakan.
Di titik inilah "orang sekolah bukan untuk belajar, tapi mendapat legalisasi untuk bekerja." Bukankah di internet dia lebih banyak bahan yang bisa dipelajari daripada di ruang kelas perkuliahan?
Maka omong kosong saat ini ketika lulusan universitas tertentu dapat ranking 1 di dunia dan universitas lain urutan 15.000. Itu semua deretan bisnis. Persis seperti bisnis jurnal, dari level mbak Sinta hingga bang Scopus.
Anda tahu gak kalau kriteria ranking kampus itu tak hanya satu, dan lembaga penilainya juga ratusan. Maka hampir bisa dipastikan bahwa sistem level universitas itu terkait bisnis: fasilitas, jumlah profesor, dan relasi dengan perusahaan, dll.
Anda yakin kalau semua profesor Oxford itu hebat dan tak ada yang setara dengan profesor di ITB? Aku ingat alm. Prof Pantun Silaban (ITB) justru diakui Harvard setara dengan Steven Hawking.
Tapi kita semua terlanjur terjebak dengan ADAGIUM BISNIS bahwa "harga tidak bohong", "semakin ketat seleksi masuk, maka universitas itu semakin hebat", atau "kuliah di luar negeri pasti membuat anak anda sukses".
Sayangnya, disaaat informasi semakin berlaksa, kita justru tak suka membaca ! Emangnya berita tentang Program Makan Siang Prabowo Gibran akan kita tahu semua hanya lewat satu postingan di Tiktok?** LS
Editor : Muti amanda
Posting Komentar
0Komentar